ASUHAN KEPERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
(Wikinjosastro Hanifah, 2002)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena dehidrasi.
(Rustam Mochtar,1998)
Mual (nausea) dan muntah(emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada trisemester I.Nausea dan muntah terjadi pada 60% sampai 80% wanita hamil.Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormone estrogen dan HCG dalam serum.Pengaruh fisiologik kenaikan hormone ini belum jelas, mungkin karena system saraf pusat atau pengosongan lambung yang kurang.Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umumnya menjadi buruk.Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.1 sampai 200 atau 1 sampai 300 membutuhkan terapi hidrasi parental..
B. ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis grafidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan karena toksik,juga tidak ditemukan kelainan secara kimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan sumsum saraf, disebabkan oleh kekurangan vitaminserta zat-zat lainakibat inanisi.
Beberapa faktor predisposisidan faktor lain yang telah ditemukanoleh beberapa penulis sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigrafida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa fakor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
3. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
4. faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
5. zat Fe: efek samping Fe bisa menyebabkan mual atau muntah.
(Wikinjosastro Hanifah, 2002)
C. PATOFISIOLOGI
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogrn, yang terjadi pada trimester pertama.hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal mungkin berasaldari sistm saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pad hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka maka dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
Hiepremesis gravidarum ini dapat mengakibatkan dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidrosi butirik dan aseton dalam darah.Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.Natrium dan khorida darah turun, demikian pula khorida air kemih.Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.Hal ini menyebabkan jumah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolic yang toksik.Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak,dapat merusak hati dan terjadinya lingkaran setan yang sulit dipatahkan.Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan lambung(sindrom Mallory-Weiss)dengan akibat perdarahan GI.Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri.Jarang sampai diperlukan transfuse atau tindakan operatif.
D. MANIFESTASI KLINIS
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkat:
Tingkatan I :
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
Ibu merasa lemah,
Nafsu makan tidak ada,
Berat badan menurun dan
Merasa nyeri pada epigastrium
Nadi meningkat sekitar 100 permenit,
Tekanan darah sistolik menurun,
Turgor kulit mengurang,
Lidah mengering
Mata cekung.
Tingkatan II :
Penderita tampak lebih lemah dan apatis,
Turgor kulit lebih mengurang,
Lidah mengering dan tampak kotor,
Nadi kecil dan cepat,
Suhu kadang-kadang naik
Mata sedikit ikterus.
Berat badan turun
Mata menjadi cekung,
Tensi turun,
Hemokonsentrasi,
Oliguria
Konstipasi.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan karena
mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
Tingkatan III :
Keadaan umum lebih parah , muntah berhenti,
Kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,
Nadi kecil dan cepat;
Suhu meningkat
Tensi menurun.
Komplikasi terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati. Wernicke, dengan gejala: nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
(Wikinjosastro Hanifah, 2002)
E. PENGELUARAN CAIRAN TUBUH HARIAN
Pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (insensible fluid loss). Variasi asupan cairan harus hati-hati disesuaikan dengan pengeluaran cairan harian. Beberapa pengeluaran cairan tidak dapat diatur dengan tepat. Sebagai contoh, ada pengeluaran cairan yang berlangsung terus menerus melalui evaporasi dari traktus respiratorius dan difusi melalui kulit, yang keduanya mengeluarkan cairan sekitar 700 ml/hari pada keadaan normal. Hal ini lah yang disebut insibie water loss karena kita tidak menyadarinya, walupun terjadi terus menerus pada mahluk hidup.
Asupan dan pengeluaran cairan harian (dalam ml/hari)
Normal
Asupan
Cairan dari makanan
Dari metabolisme
Asupan total
2100
200
2300
Keluaran
Insensible kulit
Insensible paru
Keringat
Feses
Urin
350
350
100
100
1400
Total pengeluaran 2300
Kehilangan cairan lewat keringat.
Jumlah cairan yang hilang melalui keringat sangat bervariasi, bergantung pada aktivitas fisik dan suhu lingkungan. Volume keringat normal hanya sekitar 100 ml/hari, tapi pada keadaan cuaca panas ataupun latihan berat, kehilangan cairan kadang-kadang meningkat sampai 1-2 L/jam. Hal ini akan dengan cepat mengurangi volume cairan tubuh jika asupan tidak ditingkatkan.
Kehilangan cairan lewat feses.
Hanya sejumlah kecil cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada penderita diare.
Kehilangan cairan lewat ginjal.
Kehilangan cairan tubuh lainnya adalah dalam urin yang diekskresikan lewat ginjal. Ada mekanisme multiple yang mengendalikan kecepatan ekskresi urin. Cara paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran cairan seperti juga keseimbangan antara asupan dan keluaran hamper semua elektrolit dalam tubuh ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresikan zat-zat ini.
F. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan dengan memberikan informasi dan edukesi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan factor psikis, rasa takut juga tentang diet ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sedikit-sedikit namun sering, jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi,karena akan terasa goyang, mual/ muntah. Defekasi hendaknya diusahakan teratur.
2. Terapi obat menggunakan sedative (luminal, stesolid); vitamin (B1 dan B2) anti muntah (mediamer B6, drammamin, avomin, torecan), antasida dan anti mulas.
Farmakologi:
Factor pemberian:
B1: mempertahankan kesehatan syaraf, jantung, otot dan jaringan GI, meningkatkan pertumbukan dan perbaikan sel.
B6: membantu dalam sintesa lemak, dalam pembentukan sel darah merah.
B12: mengatur sintesa SDM dan mengatur perkembangan sel-sel saraf fetus.
3. hiperemesis gravidarum tingkat I dan III haris rawat inap di RS.
o Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di RS saja telah banyak mengurangi mual muntahnya.
o Isolasi: jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk, kadang kala hal ini saja tanpa pengobatan khusus telah mengurangi mual muntah.
o Terapi psikologik: berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal tang wajar, normal dan fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir, cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosial ekonomi dan pekerjaan serta lingkungan.
o Penambahan cairan.Berikan infuse dekstrosa atau glukosa 5% sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam.
o Berikan obat-obatan seperti telah dikemukakan diatas
o Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu aboertus buatan.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai esenfalopati warnickle dan gejala nistagmus diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
PATHWAY
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
ÿÿÿÿ1
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah
2. penurunan COP berhubungan dengan penurunan kontriktilitas jantung.
3. gangguan perpusi jaringan berhubungan dengan penurunan perfusi jaringan.
4. gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya edema pada paru.
5. hipotermi berhubungan adanya dehidrasi.
6. gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah yang berlebih.
I. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA KEPERAWATAN
INTERVENSI RASIONAL
1. Ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/ muntah.
Data obyektif:
• HT menurun
• Konjungtiva pucat
• TD menurun, suhu meningkat, nadi meningkat, RR meningkat.
• Mata cekumg.
• Turgor kulit: tidak elastis.
• Mukosa mulut kering.
• Oliguri
• BUN meningkat
Data subjektif:
• Haus/ dehidrasi
Tujuan: keseimbangan cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria hasil:
• Turgor kulit kembali normal dapat balik kembali dalam dan delik
• Haluaran urin normal 3-5 ml/ jam.
• Mukosa mulut: lembab.
• Turgor kulit: elastis.
• BUN normal (of= 10-25 mg/ 100 ml; of= 8-20 mg/ 100 ml)
• TTV:
o TD: N (120/ 180 mmHg)
o T º: 36-37,5 ºC
o RR: 16-20 x/ mnt
o N: 80-100 x/ mnt
o HT: N 37-47 • Mandiri:
1. Kaji suhu dan turgor kulit, membrane mukosa, tekanan darah, suhu, masukan/ haluaran dan berat jenis urin. Timbang berat badan klien dengan standar.
2. Anjurkan peningkatan masukan minuman berkarbonat, makan 6 kali sehari dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi KH (mis: pop corn, roti kering sebelum bangun tidur).
3. Tentukan adanya/ frekuensi mual berlebihan atau menetap muntah.
4. Kaji hal-hal yang meningkatkan mual dan muntah. Misalnya bau-bauan yang terlalu, makanan yang terlalu asin atau manis.
5. Kaji hal-hal yang menurunkan mual dan muntah missal makanan diberikan waktu hangat, suasana yang menyenangkan.
6. Ajarkan pada ibu waktu bangun tidur pagi hari:
• Jangan langsung pergi dari tempat tidur.
• Minum air putih.
7. Libatkan keluarga:
• Menghadirkan suami dan keluarga terdekat klien ketika klien dirawat
• Keluarga/suami berusaha meyakinkan klien bahwa klien tidak perlu cemas menghadapi kehamilannya.
Kolaborasi:
8. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
• Elektrolir
• Ht
• BUN
9. Berikan cairan elektrolit glukosa atau vitamin secara parentera/ sesuai indikasi.
10. Lakukan tes urine.
1. Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi.peningkatan kadar hormone gonadotropin krionik (HCG), perubahan metabolisme KH, dan penurunan mortilitas gaftrik memperberat mual dan muntah pada trimester pertama.
2. Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah dalam mengidentifikasikan intervensi.
3. Membantu dalam menentukan adanya muntah yang tidak dapat dikontrol (hiperemesis gravidarum) pada awalnya muntah dapat mengakibatkan alkalosis, dehidrasi dan ketidak seimbangan elektrolit. Muntah yang tidak dapat diatasi atau yang berat dapat menimbulkan asidosis, memerlukan intervensi lanjut.
4. Menurunkan faktor penyebab terjadinya mual muntah
5. Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.
6. –
7. Menurunkan rasa cemas.
8. Indikator dalam membantu untuk mengevaluasi tingkat ataukebutuhan hidrasi.
9. Membantu dalam meminimalkan mual/ muntah dan menurunkan keasaman jambung muntah yang sering (hiperemesis gravidarum) mengakibatkan bilirubin dan mengetahui frekuensi muntah, memudahkan kita melakukan tindakan tang lebih lanjut.
10. Meningkatkan pada dehidrasi hipovolemik menurunkan fungsi ginjal, meningkatkan BUN. Membantu menghentikan atau mencegah kemungkinan hipokalemi yang berat
2. Penurunan COP berhubungan dengan penurunan kontrktilitas jantung
Data obyektif:
• Dispnea
• Nadi perifer
• Kulit dingin/pucat
• Perubahan status mental
Data subjektif
• Gelisah
• Kelemahan
• Nyeri dada• Tujuan: curah jantung kembali normal.
Kriteria hasil:
• Berpartisipasi pada perilaku/aktivitas yang menurunkan kerja jantung.
• TTV:
TD: 120/80 mmHg
RR 16-20 x/menit.
N: regular, 60-100 x/menit
T º: 36-37,5 ºC
• Kulit hangtat
• Kesadaran komposmentis 1. Pantau tanda vital, contoh frekuensi jantung, TD
2. Catat warna kulit dan adanya kualitas nadi
3. auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung dengarkan murmur 1. Untuk mengetahui kandungan urin apakah dalam batas normal atau tidak.
Takikardi dapat terjadi karena nyeri, cemas, hipoksia,dan menurunnya curah jantung, perubahan juga terjadi pada TD karena respon jantung.
2. Sirkulasi perifer menurun bila curah jantung turun membuat kulit pucat atau warna abu-abu (tergantung tingkat hipoksia) dan menurunnya kekuatan nadi perifer.
3. S3, S4 atau krekels terjadi dengan dekompensasi jantung atau beberapa obat, terjadinya murmur dapat menunjukkan katup karena nyeri dada, contoh stenosis dorta, stenosis mitra atau ropta otit papilar.
3. Ganguan perfusi jaringan berhubungan dengan perfusi jaringan.
Data obyektif:
• TD
Data subjektif:
• Akral dingin
• Kesadaran menurun Tujuan: menunjukkan perfusi adekuat.
Kriteria hasil:
• TTV stabil:
• Kulit hangat dan kering
• Tingkat kesadaran membaik (komposmentis).
• Haluaran urin normal 2/3 ml/ jam.
Mandiri:
1. Pertahankan tirah baring, Bantu dengan aktivitas perawatan.
2. Pantau TTV.
3. Kaji perubahan pada sensori, NN ex kesuraman mental, agitasi, supor, koma, delirium.
4. Kaji kulit terhadap perubahan warna, suhu, kelembaban.
5. Catat haluaran urin setiap jam dan setiap menit.
Kolaborasi:
1. Berikan obat-obatan sesuai petunjuk: kortisteroid
2. Pantau pemeriksaan laboratorium misalnya: GDA, kadar laktat.
1. Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi O2 memaksimalkan aktivitas dan perfusi jaringan.
2. Bila terjadi takikardi, mengacu pada stimulasi skunder system saraf simpatis untuk menekan respon untuk mengganikan kerusakan pada hipovolumit.jika terjadi hipotensi menunjukkan curah jantung yang menurun.
3. Perubahan menunjukan penyimpangan perfusi serebral hipoksenia atau asidosis.
4. Mekanisme kompensasi dari vasodilatasi mengakibatkan kulit hangat, merah muda, kering adalah karakteristik dari hiperperfusi.
5. Penurunan haluaran urin dengan peningkatan berat jenis akan mengindikasikan penurunan perfusi ginjal.
1. Meskipun controversial, steroid mungkin diberikan untuk kepentingan potensial terhadap penurunan permeabilitas kapiler, peningkatan perfusi ginjal dan pencegahan pembentukan mikroemboli.
2. Perkembangfan asidosis respiratorik/ metabolic merefleksikan kehilangan mekanisme kompensasai, misalnya penurunan perfusi ginjal/ ekskresi hydrogen dan akumulasi asam laktat.
4. Gangguan pola napas tidak efektif berhubungan dengan adanya oedema pada paru.
Data obyektif:
• Takipnea
• Dispnea (pernafasan tersengal-sengal)
• Penurunan bunyi nafas krekels.
• Batuk (sputum)
Data subjektif:
• Mengeluh gangguan pola tidur.
• gelisah Tujuan: pola pernafasan menjadi efektif.
Kriteria hasil:
• Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan pural jelas bersih.
• Bunyi nafas: vasikuler.
• RR: reguler, 16-20 x/ menit. Mandiri:
1. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu/ pelebaran nasal.
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius seperti krekels.
3. Tinggikan kepala dan bantu pengubahan posisi.
4. Observasi pola batuk dan karaktre secret.
5. Dorong/ bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk.
Kolaborasi:
6. Berikan O2 tambahan
7. Berikan humidifikasi tambahan mis: nebuliser ultra sonic.
8. Bantu fisioterapi dada (mis: drainase portural dan perkusi area yang tak sakit/ tiupan botol).
1. Kecepatan biasanya meningkat, disepnea dan terjadi peningkatan kerja nafas.kedalaman nafas bervariasi tergantung derajat gagal nafas ekspansi dada terbatas yang berhubungan atelektuasi dan nyeri dada pleruitik
2. Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas obstruksi sekunder terhadap perdarahan, bekuan/ kolab jalan nafas kecil.
3. Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
4. Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/ iritasi. Sputim berdarah dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan (infak paru) atau anti koagulan berlebih.
5. Dapat meningkatkan banyaknya seputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyamanan upaya bernafas.
6. Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
7. Memberikan kelembaban pada membrane mukosa dan membantu mengencerkan sekret untuk memudahkan pembrtsihan.
8. Memudahkan upaya pernafasan dalam dan meningkatkan drainase sekret dari segmen paru kedalam bronkus, dimana dapat lebih mempercepat pembuangandengan batuk/ penghisap.
5. Ganguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan turgor kulit.
Data Objektif:
• Turgor kulit menurun
• Membran mukosa menurun
Data Subjektif:
• Mengeluh kulit kering Tujuan:
Integritas kulit kembali normal
Kriteria hasil:
• Turgor kulit meningkat
• Membran mukosa lembab
1. mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
2. dorong pasien mengubah posisi dengan sering
3. anjurkan klien untuk menghindari kering kulit apapun, kecuali dengan ijin dokter
4. anjurkan menggunakan pakaian lembut dan longgar
1. mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
2. meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit atau jaringan yang tidak perlu
3. dapat meningkatkan iritasi
4. mencegah iritasi dan terjadinya cidera dermal.
6. Ganguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah yang berlebihan.
Data obyektif:
• Berat badan menurun.
• Turgor kulit jelek.
• Bising usus menurun.
• Membrane mukosa menurun/ kering.
Data subjektif:
• Lelah.
• Letih.
• Anoreksia.
• Mual. Tujuan:
Berat badan kembali normal.
Kiteria hasil:
• Berat badan kembali normal/ ideal: penambahan berat badan tidak boleh lebih dari 12 kg selama kehamilan.
• Pasien tidak mengalami anoreksia kembali makan 3x sehari.
• Bising usus: normal.
• Membrane mukosa lembab.
• Mual hilang. 1. Anjurkan pilihan tinggi protein zat besi dan MTC bila masukan oral dibatasi.
2. Tingkatkan masukan sedikitnya 2000 ml/hari jus, sup dan cairan nutrisi lain.
3. Anjurkan tidur atau istirahat adekuat.
Kolaborasi:
4. Berikan cairan atau nutrisi parenteral, sesuai indikasi.
5. Berikan preparat zat besi atau vitamin sesuai indikasi.
6. Bantu penempatan selang nurogastrik atau Niller-Abbott.
7. Anjurkan klien untuk mempertahankan intek cairan dan nutrisi yang adekuat dan timbang berat badan setiap hari. 1. Protein membentuk peningkatan pemulihan dan regenerasi jaringan baru. Zat besi perlu untuk sintesis Hb. Vitamin C memudahkan untuk absorbsi zat besi dan perlu untuk sintesis dinding sel.
2. Memberikan kalori dan nutrisi lain untuk memenuhi kebutuhan metabulik serta menggantikan kebutuhan metabolic serta menggantikan kebutuhan cairan, karena meningkatnya volume cairan sirkulasi.
3. Menunjukkan kerja metabolisme, memungkinkan nutrisi dan O2 digunakan untuk proses pemulihan.
4. Memungkinkan perlu untuk mengalami dehidrasi menggantikan kehilangan cairan dan memberikan nutrisi yang perlubila masukan oral dibatasi.
5. Bermanfaat dalam memperbaiki anemia atau defisiensi bila ada.
6. Mungkin perlu untuk dikompresi gastrointestinal, pada adanya distensi distensi atau perifnitis.
7. Untuk mengganti cairan dan makanan yang keluar saat muntah dan memonitor bila terjadi penurunan berat badan.
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan suplai dan kebutuhan.
Data obyektif:
• Nadi lemah
• Kelelahan otot
• Kehilangan tonus
Data subjektif
• Mengeluh lemas
• Mengeluh cepat lelah Tujuannya:
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya
Kriteria hasil:
• Nadi 80 x/mnt
• Kekuatan otot dan tonus kembali normal
• Klien tidak merasa cepat lelah 1. Evaluasi laporan kelelahan
2. Anjurkan klien mengikuti aktivitas dengan istirahat yang cukup.
3. Identifikasi faktor stres yang dapat memperberat
4. Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari 1. Menentukan derajat dari efek ketidak mampuan
2. Menghemat energi dan menghindari penggunaan tenaga terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan
3. Mungkin mempunyai efek akumulatif (sepanjang faktor psikologis) yang dapat diturunkan bila ada masalah
4. Mengubah energi, memungkinkan berlanjutnya aktivitas yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta ; EGC
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal atau Bayi. Jakarta ; EGC
Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta ; EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta ; EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta ; Arcan
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo